Kidung Wahyu Kolosebo, Syair Kanjeng Sunan Kalijaga

Kidung Wahyu Kolosebo, Syair Kanjeng Sunan Kalijaga - Hallo sahabat Musiculture, Pada artikel ini kamu akan mengetahui lebih banyak tentang Kidung Wahyu Kolosebo, Syair Kanjeng Sunan Kalijaga, mengenai Artikel Kidung, Untuk lebih jelasnya simak ulasan lengkap dibawah ini.

Judul : Kidung Wahyu Kolosebo, Syair Kanjeng Sunan Kalijaga
link : Kidung Wahyu Kolosebo, Syair Kanjeng Sunan Kalijaga

Baca juga


Kidung Wahyu Kolosebo, Syair Kanjeng Sunan Kalijaga


Kidung wahyu kolosebo adalah susunan karya sastra yang diciptakan, dilantunkan dan ditembangkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, anggota organisasi dakwah Walisongo pada zaman peralihan Majapahit (Hindu-Buddha) ke Demak Bintara (Islam).

Kidung wahyu kolosebo mengandung ajaran nilai-nilai Islam makrifat yang memiliki muatan spiritual, berisi ajaran kepada umat manusia yang ingin mengetahui kesejatian hidup.

Wahyu adalah pesan dari langit yang disampaikan Tuhan kepada umat-Nya. Dalam Islam, wahyu diberikan kepada nabi yang berisi petunjuk-petunjuk hidup yang kemudian dibukukan dalam bentuk kitab suci.

Dalam ajaran Islam Kejawen, wahyu identik dengan kasf atau pesan dari Tuhan kepada umat manusia, berisi ajaran-ajaran agar manusia dapat hidup sesuai dengan kebaikan, kebajikan dan kebenaran.

Kolo artinya adalah waktu. Kolo dalam ejaan bahasa Indonesia adalah kala. Dalam tradisi, mitologi dan sejarah Jawa, Bathara Kala merujuk pada penguasa waktu.

Sebo maknanya adalah menghadap. Dalam istilah modern, sebo atau seba merujuk pada tempat seperti paseban atau tempat untuk menghadap raja. Dalam konteks mistisme-spiritualisme Jawa, sebo identik dengan menghadap kepada Yang Maha Kuasa, dalam Islam adalah Allah.

Menurut pengertian di atas, Wahyu Kolosebo adalah petunjuk agar manusia dapat menghadap kepada Sang Maha Kuasa. Maka lagu atau kidung ini sangat identik dengan spiritualisme Islam berbaur nuansa mistisme Jawa.

Ditafsirkan secara bebas oleh redaksi islamcendekia.com, berikut adalah arti dan makna kidung wahyu kolosebo yang berisi tuntunan untuk umat Islam agar bisa menemukan kesejatian hidup.

Lirik Kidung Wahyu Kolosebo dan artinya
Rumekso ingsun laku nisto ngoyo woro
Kujaga diri dari perbuatan nista dan sesuka hati

Kelawan mekak howo, howo kang dur angkoro
Dengan mengendalikan hawa, hawa nafsu angkara

Senadyan setan gentayangan, tansah gawe rubeda
Meski setan bergentayangan, selalu membuat gangguan

Hinggo pupusing jaman
Sampai akhir zaman

***

Hameteg ingsun nyirep geni wiso murko
Sekuat tenaga saya memadamkan api, bisanya kemurkaan

Maper hardening ponco, saben ulesing netro
Mengendalikan panca (lima) indera dalam setiap kedipan mata

Linambaran sih kawelasan, ingkang paring kamulyan
Dilandari rasa welas asih Sang Pemberi Kemuliaan

Sang Hyang Jati Pengeran
Sang Maha Sejati Tuhan

Jiwanggo kalbu, samudro pepuntoning laku
Bertahta di kalbu, samudera pemandu perbuatan

Tumuju dateng Gusti, Dzat Kang Amurbo Dumadi
Menuju kepada Tuhan, Dzat yang tidak ada asalnya

Manunggaling kawulo Gusti, krenteg ati bakal dumadi
Menyatunya hamba dengan Tuhan, kehendak hati akan terjadi

Mukti ingsun, tanpo piranti
Saya jaya, tanpa syarat (alat)

***

Sumebyar ing sukmo madu sarining perwito
Menyebar ke jiwa madu sarinya perwita

Maneko warno prodo, mbangun projo sampurno
Aneka warna prada, membangun diri yang sempurna
– Prodo adalah guratan tinta emas pada kain batik

Sengkolo tido mukso, kolobendu nyoto sirno
Kesialan pasti musnah, musibah matapetaka nyata hilang

Tyasing roso mardiko …
Timbullah rasa merdeka atau bebas

Mugiyo den sedyo pusoko Kalimosodo
Semoga dengan ucapan pusaka kalimat syahadat

Yekti dadi mustiko, sajeroning jiwo rogo
Benar-benar jadi mustika di dalam jiwa raga

Bejo mulyo waskito, digdoyo bowo leksono
Beruntung mulia waskita, digdaya dan berwibawa

Byar manjing sigro-sigro
Byar terwujud gilang-gemilang

Ampuh sepuh wutuh, tan keno iso paneluh
Sakti tua utuh, tidak bisa disantet (diteluh)

Gagah bungah sumringah, ndadar ing wayah-wayah
Gagah riang gembira, merekah di sepanjang waktu

Satriyo toto sembodo, Wirotomo katon sewu kartiko
Kesatria tata sembara, wiratama seperti seribu bintang

Kataman wahyu … Kolosebo
Tertimpa (mendapatkan) wahyu kalaseba

***

Memuji ingsun kanthi suwito linuhung
Saya memuji dengan menghadap maha tinggi

Segoro gando arum, suhrep dupo kumelun
Laut berbau harum seperti dupa semerbak

Tinulah niat ingsun, hangidung sabdo kang luhur
Mengolah niat saya, mengidung (melantunkan) sabda (kata-kata) yang luhur

Titahing Sang Hyang Agung
Perintahnya Sang Maha Agung

Rembesing tresno, tondho luhing netro roso
Merembesnya kasih sayang, pertanda air mata rasa

Roso rasaning ati, kadyo tirto kang suci
Rasa perasaan hati, seperti air yang suci

Kawistoro jopo montro, kondang dadi pepadang
Diwujudkan japa mantra, hebat jadi penerang

Palilahing Sang Hyang Wenang
Ridhonya Sang Maha Berwenang

Nowo dewo jawoto, tali santiko bawono
Sembilan wujud dewa, tali kekuatan dunia (semesta)

Prasido sidhikoro, ing sasono asmoroloyo
Abadi memuji di singgasana surga

Sri Narendro Kolosebo, winisudo ing gegono
Sang Raja Kolosebo, diwisuda di angkasa

Datan gingsir … sewu warso
Tidak akan tenggelam (lengser) … seribu tahun


Demikianlah Artikel Kidung Wahyu Kolosebo, Syair Kanjeng Sunan Kalijaga

Sekianlah artikel Kidung Wahyu Kolosebo, Syair Kanjeng Sunan Kalijaga kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Kidung Wahyu Kolosebo, Syair Kanjeng Sunan Kalijaga dengan alamat link https://mymusiculture.blogspot.com/2019/04/kidung-wahyu-kolosebo-syair-kanjeng.html